Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengoleksi data genomik biodiversitas Indonesia yang akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa, termasuk di bidang pertanian dan kesehatan.

“Biodiversitas merupakan faktor penting dalam riset dan inovasi di bidang hayati dasar, pertanian, dan kesehatan,” kata Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Budi Prawara, saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2022.

Jumlah data yang besar, pola tersembunyi yang perlu diungkapkan pada bidang genomik merupakan permasalahan yang dapat ditangani oleh kecerdasan buatan.

Dengan bantuan kecerdasan artifisial, akan dapat mempercepat, membuat lebih akurat dan lebih efisien dalam menganalisis pola-pola dari data, serta menemukan pola baru yang berfungsi, misalnya dalam pengobatan presisi.

Budi mengatakan selain keanekaragaman hayati non-manusia, biodiversitas pada manusia Indonesia juga memberikan tantangan dan peluang terhadap perkembangan penerapan kedokteran presisi.

Namun, sampai saat ini kekayaan biodiversitas Indonesia, baik yang berasal dari non-manusia maupun manusia belum banyak termanfaatkan.

Bahkan, jumlah koleksi data genom, baik untuk non-manusia ataupun manusia di Indonesia masih relatif sedikit jika dibanding negara-negara yang sudah maju atau negara tetangga.

Untuk mengatasi jarak (gap) antara potensi sumber daya biodiversitas dan pemanfaatannya diperlukan riset dan inovasi, dan kecerdasan artifisial merupakan bidang riset yang dapat memajukan pemanfaatan genomik.

Untuk menambah koleksi data dan pengolahan genom, BRIN saat ini mengelola peralatan untuk sekuens genom atau peralatan sekuensing genom.

Peralatan sekuensing genom tersebut, berupa yang berbasis Sanger, Next Generation Sequencing (berbasis Short Reads), yaitu illumina dan long reads oxford nanopores.

Ketiga jenis sekuensing tersebut memproduksi data genom dari sampel manusia dan sampel non-manusia.

Dalam pelaksanaannya, sistem komputer berkinerja tinggi (HPC) dibutuhkan untuk proses data akusisi, analisis pada saat sekuensing dan analisis lanjutan terhadap data genom.

Infrastruktur HPC di BRIN dapat diakses atau dimanfaatkan juga oleh periset non-BRIN melalui e-layanan BRIN.

Budi mengatakan kolaborasi antara periset BRIN dan periset yang ada di universitas maupun lembaga terkait seperti rumah sakit sangat penting untuk dapat meningkatkan jumlah koleksi data genomik.

Untuk itu, ia berharap ke depan akan tercipta kolaborasi yang kuat antar-periset dari berbagai lembaga dalam rangka mengembangkan kecerdasan artifisial untuk biodiversitas.

Budi menuturkan Indonesia digolongkan sebagai negara megadiversitas dengan dua hotspot biodiversitas dari 35 hotspot biodiversitas di dunia.

ANTARA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *